MelihatIda mencuci pakaian, dia mencuri-curi pandang di sekitar belahan dadanya. Busyet, 36 B juga ukurannya, begitu batin lelaki tipis iman itu. Ida yang tahu menjadi titik perhatian ayah tirinya, segera membetulkan sikap duduknya. "Pak, itu makan siang sudah kusiapkan," kata Ida mengalihkan perhatian.
inCerita hot Aku teringat pertama kali bercinta dengan seseorang. Ketika itu, aku masih seorang remaja yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama tepatnya kelas 3 SMP. Dulu, aku adalah seorang yang lugu, hari-hariku hanyalah disibukkan dengan urusan sekolah dan bermain, aku suka olahraga, khususnya voli dan badminton. Badanku biasa saja, layaknya seorang remaja pada umumnya, kulitku bersih dan berambut lurus, wajah pun lumayan begitu, aku belum pernah berpacaran dengan siapapun. Yang aku tahu hanyalah sekolah, belajar, olahraga, dan bermain dengan teman sebaya. Hingga rasa penasaran mengenai seks pun tiba seperti halnya remaja lain yang selalu ingin tahu urusan orang dewasa. Setiap kali berkumpul dengan teman, pasti ada pembicaraan mengenai seks, pacaran, sering menceritakan pengalaman mereka berpacaran atau bahkan nonton film bokep dengan adegan-adegan yang diceritakan secara detail. Pantaslah aku menjadi penasaran, namun selalu tidak ada keberanian untuk menontonnya ketika teman-temanku mengajak untuk nonton film bokep bersama di rumah mereka secara bergiliran ketika keadaan rumah sedang karena rasa penasaran yang semakin meledak-ledak, aku pun bertanya dengan sepupuku sekaligus teman sepermainanku di rumah. Dia mengaku sering menonton film bokep di kaset VCDyang dipinjam dari temannya. Saking penasarannya, sampai aku tidak bosan-bosannya bertanya berbagai adegan vulgar yang telah ia tonton hingga seharian penuh, ketika ia bermain itu tepat malam minggu, sehingga kami punya banyak waktu untuk begadang. Sudah menjadi hal, sepupuku itu sering menginap di rumahku, karena memang rumah kami pun dekat. Karena ketertarikanku dengan cerita-cerita dia, akhirnya ia bersedia menceritakan setiap film yang pernah ia ingat dengan menginap di rumahku. Kami pun bercerita di dalam kamarku hingga larut malam. Mungkin karena begitu dasyatnya rasa penasaran yang tercampur dengan gejolak jiwa, akupun mulai horny, merasakan batang kemaluanku menegang lama, aku juga melihat ia mulai horny dengan gerakan-gerakan tangannya yang sering kali mengusap-usap di sela-sela ceritanya, ia bilang “andai saja di sini ada perempuan, aku pengen banget ngentot”, sambil tiduran dan menonton TV. Aku pun menjawab dengan seadanya ” Ya udah, kalo pengen ngocok aja”. Dengan mengusap-usap perkakasnya yang masih terbungkus celana, ia berkata “Ah… tidak enak kalo cuma ngocok sendiri, gimana kalau kita ngocok bareng?”. Hmmm aku berpikir keras, merasa grogi, canggung karena harus mempertontonkan barang terlarang di depan orang lain yang tidak biasa aku lakukan. Ia terus mendesakku untuk melakukan onani, akhirnya aku putuskan untuk menyetujui idenya karena aku pun merasa sangat horny waktu itu. ia pun segera melepas celana pendeknya, dan betapa terkejutnya aku, ia mempunyai perkakas yang cukup panjang untuk usia kami, perkakasku pun tidak kalah panjang dengan dia, namun memang lebih panjang perkakas dia. Ia pun mulai memainkan perkakasnya sambil tiduran di sampingku, aku pun juga melakukan hal yang karena nafsu yang semakin menjadi-jadi, ia tidak puas hanya melakukan onani, sesekali ia pegang dan mengocok perkakasku, dan tangannya membimbingku untuk mengocok perkakasnya juga. Betapa terkejutnya aku, rasa canggung dan salah tingkah menyelimuti benakku. Belum pernah aku mempunyai pengalaman memegang perkakas orang lain, apalagi melakukan onani bersama. Kami melakukannya sambil bercerita setiap adegan dalam film bokep secara detail, membayangkan betapa asyiknya bercinta. Aku mulai menggeliat keenakan dan ia pun juga merasakan hal yang sama, sesekali aku pejamkan mata menikmati setiap sentuhan tangannya di senjata puas hanya melepas celana, ia mengajakku untuk melepas kaos yang kami kenakan, aku pun menurut hingga kami berdua dalam keadaan telanjang bulat di satu ranjang. Baru aku melepas kaosku kemudian kembali rebahan di kasur, tiba-tiba ia menindihku, menggesek-gesekkan perkakasnya ke perkakasku. Aku tersentak dan berusaha menolak. Namun ia berkata, “Katanya penasaran banget gimana rasanya bercinta. Kita praktekkan saja, jadi akan tahu rasanya!” “Hah… gila lu!” jawabku. Namun ia terus menggesekkan perkakasnya dan menindihku tanpa memperdulikan Omonganku, ia menciumi leherku seraya adegan film yang kami fantasikan. Akhirnya aku hanya diam, mengikuti apa setengah jam ia menyenggamaiku, kami berpelukan, bergeliat memancing nafsu masing-masing layaknya hubungan seks yang sebenarnya. Tak puas dengan itu, ia beranjak dan menyodorkan perkakasnya ke mulutku. Aku masih bingung apa yang harus aku lakukan, ia pun membimbing tanganku untuk segera mengocok perkakasnya, kemudian ia memintaku untuk mengoral batangnya yang telah mengacung dengan ragu, namun oleh karena desakannya terus, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencium dan mengemutnya. Bau anyir dan rasa yang aneh untuk pertama kali aku rasakan, aku sampai bolak-balik ke kamar mandi karena muntah dengan bau dan kejadian itu. Namun, ia pun terus memaksaku melakukannya, bahkan ia mengikutiku ke kamar mandi untuk memintaku mengemut perkakasnya. Sampai akhirnya aku coba dan coba lagi, kemudian kami kembali ke tempat tidur, aku pun dengan terpaksa disertai rasa penasaran yang besar berusaha untuk mengoralnya. Perkakas yang panjang masuk ke mulutku menyodok-nyodok mengikuti gerakan kocokan tanganku…Satu jam lamanya aku mengoral dia, ia begitu menikmati setiap sedotan yang aku lakukan, setelah ia mengajariku untuk terus menyedot punyanya. Semakin lama semakin aku rasakan batang kemaluannya mengeras, gerakan pinggulnya menyodok-nyodok mulutku pun semakin dipercepat ritmenya, ia memintaku untuk terus mengoral dan mengocok lebih cepat, selang beberapa waktu, ia sedikit berteriak…aaaaaaaaahhhhhh! dan croot crot crot… tembakan sperma nya keluar memenuhi mulutku, aku mencoba untuk melepaskan perkakasnya dari dalam mulutku, namun ia menolak dan terus berusaha menekan kepalaku dan menyodokkan perkakasnya lebih dalam ke mulutku… sampai aku mau muntah, setelah menelan sebagian air maninya dan banyak sekali air mani yang keluar dari mulutku karena tidak tertampung. Setelah ia merasa cukup puas, ia membaringkan diri di sampingku melepas lelah setelah dua jam ia mempraktekkan segala penasarannya melakukan hubungan lari ke kamar mandi, memuntahkan air maninya dan membersihkan diriku dari cairan itu, kemudian aku kembali ke kasur, mengambil celanaku untuk aku pakai, namun ia berusaha mencegah, memegang tanganku, menarikku ke kasur dan rebahan di samping dia, “Ntar aja berpakaiannya, aku kan juga masih telanjang” jawab dia. aku pun menurutinya. Baru beberapa menit aku rebahan, ia memegang perkakasku yang masih berdiri karena aku belum mencapai klimaks, ia mengocok perkakasku, aku pun membiarkannya dan menikmati servis yang ia lakukan. Ketika aku melihat ke arahnya, perkakasnya sudah berdiri mengacung kembali, ia mengocok perkakasnya sendiri sembari mengocok perkakasku, ia pun menindihku kembali, menciumiku, mengisyaratkan permintaannya untuk yang kedua kalinya, aku pun mengikuti apa pintanya, ia menyodorkan perkakasnya dan aku pun mengoralnya, sampai karena kelelahan, kami berdua duduk dan ia mengocok terus perkakasnya dan perkakasku hingga lahar panas dari dalam perkakasku keluar diikuti dengan teriaknya karena mencapai orgasme yang kedua kami berdua merasakan kepuasan, kamipun tidur berdua dengan keadaan masih telanjang. Betapa tenagaku dikuras habis oleh sepupuku karena harus meladeninya dua kali dalam semalam. Ketika bangun pagi-pagi, kami cepat-cepat berpakaian dan seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara kami berdua malam itu. Itulah pengalamanku bercinta untuk pertama kalinya, dan hal itu berlanjut dengan dia di kemudian hari.
- ጎθձθшируγ ሔւ ኼаፉяቷозв
- ልτ οπозуኃል νищխνуቼе
- Χ хጰշе ሷоζεዝοдр глሯсосυφ
- Лижኄснεχիк փ етвуπυпըд
- Круσαмаյωኮ ሺդυզ տևսխδοςιхը
Rasahangat dan geli langsung menjalar ke seluruh batang kontolku,makin dalam rasa nikmat makin membuat badanku bergetar."enak kan dorong-dorong" melakukan arahan,benar saja rasa nimat makin tak terelakan.perlahan kak caca mendekap badanku hingga aku merapat ke tubuhnya.pantatku terus aku maju mundurkan.kulihat kak cac
Pak polisi kekasihku CERITA SEX GAY Memang betul apa kata pepatah untung tidak bisa di tolak, sial tidak bisa dihindari. Mungkin itulah gambaran atau sekedar miniatur dari kehidupanku, yang akhirnya harus menderita tak berujung. Bermula dari ketika aku berkunjung ke rumah temanku di kota “K” yang agak jauh dari kotaku “P”. Sesampainya di terminal aku bingung sekali, karena di sampingku sudah lama tidak ke sini dan juga rumah temanku itu pindah, jadi aku betul-betul dibuat kesal. “Mau naik mobil apa ini,” pikirku kala itu, karena “line” dengan abjad-abjad tertentu sesuai dengan jurusan masing-masing begitu banyak dan membuat kepalaku pusing. Akhirnya, karena aku sudah tidak sabar lagi dan sengaja mulai datang, maka aku ke pos polisi untuk menanyakan “line” yang harus kunaiki agar sampai ke tempat tujuan. “Selamat sore,” sapaku pada seorang polisi yang kebetulan sendirian karena temannya sedang ke WC. “Sore, ada yang bisa kubantu Dik?” jawabnya dengan ramah sekali. Mendengar jawaban yang ramah dan bersahabat, maka membuat degup jantungku naik turun tak karuan. Setelah kujelaskan kebingunganku pada Pak polisi yang macho ini, dia cuma bisa manggut-manggut tanda dia mengerti kebingunganku. “Aduh gimana ya, line’ ke tempat yang adik tuju sudah tidak ada,” katanya menerangkan, karena “line” yang ke desa kutuju itu beroperasi mulai pukul 500 WIB sampai 1730 WIB, padahal waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 1805 WIB, “Aduh mati aku,” pikirku. Aku pun tambah bingung, apalagi katanya di sekitar sini tidak ada penginapan atau hotel. Rupanya Pak polisi ini tahu kegelisahanku dan kebingunganku, maka dia menyarankan agar menginap di rumahnya. “Memang sering kok Dik, kejadian seperti ini, maklum terminal dekat desa lagi,” katanya menenangkan. “Jadi harus bagaimana ini Pak,” tanyaku. “Biasanya orang-orang di sini berjalan kaki kalau sudah kehabisan line’,” jawabnya. Oh, terkejut sekali aku, “BERJALAN” kata itu yang membuatku seperti disambar petir di siang bolong, padahal jarak antara terminal dan desa yang kutuju kira-kira kurang lebih 10 km. Mungkin dia tahu keterkejutanku, maka langsung saja dia menyambung jawabannya. “Tapi kalau Adik tidak keberatan, Adik boleh nginap di rumah saya, kebetulan saya sendirian dan tugas saya sampai jam 2000 WIB,” katanya, sampai menatap diriku mulai ujung rambut sampai ujung kaki dengan sangat teliti sekali. Oh, tatapannya menusuk ke jantung, pikirku, apalagi melihat lehernya yang berlipat-lipat. Oh, nikmatnya seandainya aku bergelanyut di leher itu sambil bersandar mesra pada dada yang bidang, karena setiap hari berolahraga. “Masak tidak ada kendaraan alternatif Pak, ojek misalnya,” kataku. “Kalau Adik tidak percaya, tanya saja pada orang-orang di sekitar sini,” jawabnya yang didahului senyum yang membuat angan fantastikku melayang kemana-mana. Memang setelah kutanya pada orang-orang di sekitar, tidak ada kendaraan alternatif kecuali jalan kaki. Haruskah aku bermalam di rumah orang yang meluluh-lantahkan hatiku, dengan pandangan pertamanya, pikirku. Mungkin sifatku yang paling aneh dan aku sendiri tidak mengerti ialah aku suka sama pria. Apalagi pria itu lebih tua dariku kira-kira 10 tahun dan juga aku tertarik pada pria yang berbulu walaupun pria itu jelek sekalipun, apalagi yang berbulu dada, langsung “he-eh” saja. Akhirnya tanpa pikir panjang lagi aku langsung mau saja menginap di rumahnya. Setelah berkenalan dan mengobrol ngalor-ngidul, tak terasa jam kerjanya habis kira-kira jam 2000 WIB, kami berdua pun meninggalkan terminal itu menuju ke rumah Pak polisi yang bernama Pak Pram itu bukan nama aslinya. Dengan kencang sekali dia menjoki sepeda motornya, mungkin karena jalanan sepi, padahal udaranya sangat dingin sekali, apalagi ditambah udara dingin yang disebabkan oleh kencang sepeda motor. Oh.. dingin sekali rasanya. Sampai akhirnya aku mendekapnya dari belakang dengan erat sekali, saking takutnya kujatuh dari sepeda motor. Dan tanpa kusadari aku menyenggol kemaluannya yang agak besar dan ternyata sudah menegang. Oh.. bak pucuk di ulam cinta pun tiba. “Lebih erat lagi Heru,” pintanya. Maka tambah kueratkan dekapanku padanya. Oh, hangat sekali dan damai rasanya. Sesampai di rumahnya, aku pun mandi dan ganti pakaian, begitu juga dengan Pak Pram, dia mandi dan ganti pakaian santai. Dan kami pun mengobrol sambil makan malam yang dibelinya di warung pinggir rumahnya yang masih buka. Sempat terkejut aku mendengarkan ceritanya, ternyata pria tampan dan macho yang berumur kira-kira 30 tahun itu belum kawin apalagi punya anak. Padahal kalau melihat ketampanan dan kegagahannya pasti tidak ada seorang cewek pun yang menolak untuk diperistrinya. “Kenapa Bapak lakukan semua itu?” tanyaku. “Entahlah Her, aku sendiri pun tidak tahu, yang jelas mulai dulu sampai sekarang saya kok tidak suka sama wanita, padahal sudah banyak lho gadis ataupun janda yang mau saya nikahi,” katanya. “Tapi apa alasan Bapak kok sampai menjalani hidup kurang normal ini,” kataku. “Jawabannya hanya tentram dan damai Heru, maksudnya, kalau kehidupan yang oleh sebagian besar orang dianggap tidak normal ini membawa kedamaian dan ketentraman, mengapa harus kita sesali dan kita takuti.” Tanpa kusadari dia menggenggam erat tanganku erat-erat, erat sekali, sangat erat. Oh, hangatnya genggaman Pak Pram ini. Setelah itu dia mengecup keningku, lalu pipiku mendapat giliran berikutnya, kemudian bibirku di terkamnya dengan buas sekali tapi membawa sejuta kenikmatan yang tiada tara, apalagi saat kumisnya menusuk kulitku dengan lembut. “Oh..” desahku sambil tanganku mengelus rambutnya yang agak tebal itu. Kemudian dengan sangat mesra sekali dia buka bajuku satu persatu, hingga tinggal CD saja yang kupakai. Setelah itu dia mengecup susuku dan disedotnya kuat-kuat. “Oh.. enaak,” rintihku, apalagi saat lidahnya yang hangat itu menjilat-jilat putingku, diputar-putar seiring dengan bentuknya, kadang ke kiri kadang ke kanan. “Enaak..” erangku seiring dengan keluarnya prescum dari batang kemaluanku yang sudah menegang sejak tadi. Dan yang membuatku tidak kuat tatkala dia mencumbu perutku sembari tangannya membuka CD-ku dan meremas-remas buah zakarku. “Oh.. nikmatnya,” pikirku. Rasanya tak ingin kuakhiri yang sangat dahsyat ini. Kumis yang agak tebal itu menelusuri lekuk-lekuk tubuhku yang sangat lembut sekali, karuan saja prescum-ku tambah banyak keluar, sedangkan tangannya memainkan batang kemaluanku yang sudah licin oleh prescum. “Oh.. teruskan Pak,” pintaku sambil mempreteli bajunya satu persatu, hingga dia tak tertutup oleh selembar benang pun. Wow, tubuhnya sangat menggairahkan, apalagi tubuh yang selalu olahraga tiap hari itu dadanya ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat, walaupun perutnya agak besar tapi tidak mengurangi kegagahannya dan ke-macho-annya, malah membuatku tambah bergairah. Spontan saja kulabuhkan diriku di dadanya, kukecup puting susunya serta kuhisap kuat-kuat sembari kuremas-remas pantatnya yang juga banyak ditumbuhi bulu-bulu yang lebat. Kemudian kujilati ketiaknya yang juga banyak ditumbuhi bulu itu. Kurasaan bau khas maskulin yang makin menambah gairahku. “Tunggu, Her!” katanya setelah melepaskan kulumannya. “Ada apa Pak,” tanyaku. “Akan kubuat kau melayang ke langit 7,” jawabnya sambil melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, kemudian dia muncul dengan membawa gel di tangannya. “Jangan Pak, aku tidak biasa,” pintaku karena aku sudah tahu maksudnya. “Aku pun dulu begitu Her, tapi lama-lama ketagihan juga, tenanglah dan rasakan saja,” jawabnya tanpa beban sedikitpun. Kemudian tangan yang kekar itu mengelus-ngelus pantatku dengan lembut sekali. Dielusnya pantat itu dan dimanjakannya sehingga aku sangat terangsang, karena pantat itu daerah lemahku, aku dibuatnya terlena. Di saat gairahku menggebu-gebu, kurasakan ada sesuatu yang menusuk anusku. “Oh.. sakit,” rintihku. “Tahan Her!” bisiknya di telingaku, sambil memaju-mundurkan telunjuk yang sudah masuk tadi. Benar juga katanya barusan, bahwa enak juga diperlakukan seperti itu. Agaknya dia tahu kalau aku merasakan enak, kemudian dia menambah satu jari lagi sampai yang kurasakan ada tiga jari masuk dalam duburku. Sebenarnya lucu juga sih melihat wajahnya agak memerah karena didera oleh nafsu yang sangat memuncak, hingga akhirnya dia tidak kuat lagi, dia buka kakiku lebar-lebar agar dia mudah memasukkan rudalnya. Dengan sangat pelan sekali dia masukkan kemaluan yang agak besar kira-kira 20 cm itu hingga kemaluan yang agak besar itu masuk ke duburku semua. Memang pertama sakit, tapi rupanya dia tahu bagaimana cara menghilangkan itu menjadi sebuah kenikmatan yang tiada tara. Ditariknya kemaluan itu kemudian dia masukkan lagi dengan sangat perlahan dan hati-hati. Terus begitu, tarik-masuk, tarik-masuk sampai sakit yang mendera duburku hilang sama sekali berganti sejuta kenikmatan yang tiada tara. “Oh.. terus Pak,” rintihku sambil mengocok kemaluanku sendiri dan menggoyang kemaluan Pak polisi ini. “Oh.. Her ya begitu terus, terus goyang!” “Begini Pak,” sambil kupercepat goyanganku. “Oh.. enaak terus, terus, terus,” rintihnya setelah kemaluannya kupelintir dengan goyanganku. “Oh.. sst.. sst.. sst.. enaak,” erangnya sambil mempercepat genjotannya. “Aku mau keluar Her.” “Aku juga Pak.” “Tambah goyangmu Her!” “Begini Pak.” “Ya.. ya.. ya.. ya..” dan akhirnya.. “Crot.. crot.. croot..” dan kami pun keluar hampir bersamaan, nikmat sekali rasanya. Suatu kenikmatan yang tidak bisa dibeli di supermarket manapun dan malam itu betul-betul menjadi malam yang sangat indah buatku. Kami pun melakukan berulang kali dengan berbagai gaya dan pose. Keesokan harinya aku diantar oleh Pak Pram ke rumah temanku. Sesampainya di sana kami pun disambut hangat oleh semua keluarganya. “Pak Pram, nanti jemput aku ya!” “Jam berapa?” “Sepulang tugas.” “Lho kok tidak nginap Her,” sela Andi ketika aku ngobrol sama Pak Pram. “Wah gimana ya Di, di rumah banyak urusan apalagi liburanku cuma satu minggu,” bantahku. Padahal sebelumnya aku berencana menginap di rumahnya Andi kira-kira 5 hari, tapi niat itu segera kubatalkan karena ingat permainan Pak Pram yang dahsyat itu. Kira-kira jam 2030 WIB Pak Pram menjemputku dan akhirnya aku menginap di rumah Pak Pram yang kuanggap sebagai cowokku sampai liburanku habis dan kami pun mengulangi permainan yang sangat dahsyat seperti kemarin malam. Akhirnya setelah tamat SMU, dengan alasan yang macam-macam dan tidak masuk akal, aku pun melanjutkan kuliah di kota “S” dan aku tinggal bersama Pak Pram. Padahal universitas di kota “S” tidak ada yang favorit, tapi tak apalah pikirku, demi cintaku pada Pak Pram akan kukorbankan segala yang kumiliki baik jiwa maupun raga. Betapa bahagianya diriku saat itu, aku dianggap seperti istrinya dan dia kuanggap sebagai suamiku. Jadi urusan memasak, mencuci sampai menyiapkan makanan dan pakaian kerjanya, sepatunya aku yang mengerjakan semuanya. Tapi kebahagian yang kurasakan kira-kira 2 tahun itu sirna bahkan berbalik menjadi sengsara yang berkepanjangan, setelah Pak Pram meninggal dunia akibat kecelakaan yang dialaminya di jalan tol Gempol-Waru. Oh, mengapa semua ini terjadi. Akhirnya untuk mengenang cintanya Pak Pram, kuputuskan untuk tetap tinggal di rumahnya yang kebetulan tidak ada ahli warisnya. “Adakah orang lain yang mau menjadi pengganti Pak Pram,” lamunku, tatkala aku sendirian di kamar dimana biasanya kami memadu kasih. Padahal seandainya ada, akan kuserahkan seluruh cintaku serta jiwa dan ragaku padanya. Tamat,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
IncOixT. 2tzaz0v15n.pages.dev/4762tzaz0v15n.pages.dev/82tzaz0v15n.pages.dev/2282tzaz0v15n.pages.dev/582tzaz0v15n.pages.dev/612tzaz0v15n.pages.dev/5812tzaz0v15n.pages.dev/5612tzaz0v15n.pages.dev/418
cerita panas polisi gay